SELAMAT DATANG DI BLOG CU. AMANAH PROBOLINGGO

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, CU. Amanah telah membuat blog yang sangat sederhana ini, dengan bertujuan untuk menjembatani komunikasi antara CU. Amanah dengan Anggota CU. Amanah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kami sangat berharap dengan adanya blog ini, bisa menjadi ajang silaturrahim dan menjadikan tempat yang tepat bagi Anggota dan masyarakat untuk mendapatkan informasi seputar CU. Amanah. Terimakasih.

Kamis, 22 September 2011

KENAPA KITA HARUS BER-CU ?


Mengapa kita harus ber-CU ? Pertanyaan ini muncul awalnya pada saat saya sedang berada dirumah sahabat saya, ngobrol dengan “gayeng” sehabis menyantap sebungkus nasi goreng. Obrolan yang banyak melibatkan berbagai macam pemikiran dan pengalaman serta dibumbui petikan rumus orang-orang pandai yang tidak saya kenal membuat pembicaraan malam itu menjadi semantap nasi goreng 5 ribuan yang baru saja kami nikmati (membingungkan dan apa adanya). Pembicaraan kami kadang “panas” layaknya debat kusir politisi yang tidak jelas juntrungnya dan hebatnya, ending pembicaraan kami persis seperti debat politisi juga, yaitu : permasalahan ini akhirnya menguap begitu saja esoknya seperti asap rokok (apa mungkin saya ada kemampuan menjadi politisi ya...?). pertanyaan ini muncul kembali saat Mbak Fatimah datang kerumah saya sehabis Magrib bersama anaknya yang paling buncit, sambil menahan tangis Mbak Fatimah yang jualan buah ditepi jalan dekat rumah saya berkeluh kesah tentang dirinya yang pusing tujuh keliling karena harus mencari uang malam itu untuk bayar cicilan pinjaman di Bank Harian (rentenir) esok pagi, karena uang yang sudah disiapkan untuk bayar pinjaman harus dipakai buat bayar biaya sekolah anaknya paling besar yang menginjak kelas 1 SLTP.  Dan seperti orang yang jatuh cinta, pertanyaan ini semakin sering muncul dalam kehidupan saya akhir-akhir ini, saat saya sedang ngepel rumah yang bocor waktu hujan, saat mancal sepeda saat berangkat kerja dan dalam berbagai kegiatan lain yang saya lakukan.
Nasib Mbak Fatimah tidak beda jauh dengan kebanyakan masyarakat kita, walaupun beda kasusnya, tetapi benang merahnya adalah rakyat kecil cenderung tersisihkan dalam segala hal. Banyak program pengentasan kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah, diantaranya bantuan beras raskin, BLT, BOS, dan PNPM tetapi apakah program tersebut menyentuh dasar dari akar permasalahan kemiskinan di negara ini ? orang yang masuk program raskin, berasnya dijual untuk beli susu anaknya yang masih bayi, ada dana BOS untuk sekolah, tetapi anak-anak banyak yang tidak sekolah tetapi malah kerja untuk membantu orang tua yang megap-megap menghidupi keluarga. Ada biaya kesehatan gratis, tetapi pelayanannya bikin sakit hati. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008, penduduk miskin di Indonesia mencapai 35 juta jiwa dan dana yang digunakan untuk pengentasan kemiskinan mencapai Rp. 63 triliun. Setahun kemudian dana pengentasan kemiskinan mencapai Rp. 66, 2 triliun sementara jumlah penduduk miskin hanya berkurang menjadi 32,5 juta jiwa. Sedangkan pada 2010 lalu, dana pengentasan kemiskinan naik lagi hingga Rp. 80,1 triliun, namun jumlah penduduk miskin tetap tinggi yakni sebesar 31 juta jiwa. Dengan kata lain, penambahan dana sebesar Rp. 18 triliun selama dua tahun terakhir hanya bisa menurunkan angka kemiskinan sebesar 2,1%, dari 15,4% pada 2008 menjadi 13,3% pada 2010 (http://www.mediaindonesia.com). Jadi bagaimanakah cara rakyat ini lepas dari jerat kemiskinan ?
Yang jelas, soal kemiskinan ini tidak harus diperdebatkan tetapi diperlukan tindakan nyata, banyak hal yang harusnya dilihat dari sisi ruang lingkup rakyat miskin itu sendiri. Gelontoran dana dari Pemerintah yang begitu besar tidak bisa menjamin mampu secara efektif memotong lingkaran setan kemiskinan ? biarpun rakyat miskin kesulitan makan, tetapi apakah mereka benar-benar sudah tenang jika mendapatkan bantuan beras tiap bulan ? belum, karena mereka butuh uang untuk bayar listrik setiap bulan, mereka masih butuh buat beli makanan yang bergizi buat anak mereka agar bisa menjadi penerus bangsa yang berkualitas, mereka juga masih harus pusing memikirkan bagaimana jika rumah kontrakannya telah habis waktu kontraknya, bagaimana jika lapak jualannya kena gusur dan masih banyak hal rumit lainnya.




Salah satu faktor kenapa masyarakat miskin sulit untuk lepas dari jerat kemiskinan adalah akses dalam fasilitas keuangan yang sangat minim. Banyak Program Pemerintah yang kurang memperhatikan faktor ini. Masyarakat miskin cenderung sulit dapat mengakses pinjaman di Bank, karena Bank mempunyai berbagai prosedur yang rumit dan jauh dari jangkauan orang miskin, inilah sebab dimana orang miskin banyak menjadi pelanggan setia rentenir yang tidak punya jiwa prikemanusiaan yang membuat prosedur pinjaman yang tidak bertele-tele dan tepat sasaran (orang miskin yang kepepet). Seperti kasus Mbak Fatimah, saat kepepet butuh modal dagang dia hanya punya pilihan pinjam direntenir, karena masalah klasik orang miskin adalah dia tidak punya anggunan untuk dijaminkan dibank ataupun di koperasi, walaupun bunga pinjaman yang harus dibayar sangat tinggi dan tidak masuk akal kepada rentenir, tetapi hanya itulah akses yang sesuai bagi Mbak Fatimah untuk mendapatkan modal usaha jualan buahnya. Sebetulnya pihak Pemerintah pun telah menggulirkan dana untuk Koperasi dan UKM seperti yang disampaikan Agus Muharram, Deputi Pembiayaan Kementrian Koperasi & UKM. Indonesia telah melakukan kredit mikro kecil melalui kementrian Koperasi & UKM dengan adanya dana bergulir, serta program Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera (Perkasa). " Secara konseptual, Indonesia lebih baik dari Grameen Bank-nya Yunus, seperti keberadaan koperasi " tegasnya. Namun Agus mengakui, persoalan kedisplinan, pengawasan, serta evaluasi secara berkala dalam program kredit mikro, masih jauh api dari panggang. "Pembangunan ekonomi sosial, sama halnya membangun infrastruktur, harus ada perawatan," Agus bertamsil. Selain persoalan tersebut, Agus menyebutkan, keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang saat ini mencapai 50 ribu lebih perlu adanya payung hukum. "Secara konsep, regulasi LKM sudah selesai dibahas bersama BI," ungkapnya. (http://m.inilah.com/read/detail/85/lembaga-mikro-keuangan-pro-rakyat-miskin-mungkinkah/). Sejalan dengan yang diungkapkan Agus Muharram, Deputi Pembiayaan Kementrian Koperasi & UKM, koperasi (LKM) memerlukan pengawasan dan pembinaan yang berkala. Semakin menjamurnya koperasi kenyataannya bukan malah mendukung masyarakat bawah, tetapi telah menjadi ajang bisnis keuangan sebagian orang yang mencekik rakyat kecil. Karena sekarang banyak Koperasi yang tidak mempunyai semangat kebersamaan dan solidaritas yang menjadi dasar berdirinya Koperasi. Sudah menjadi rahasia umum, dari sekian banyak koperasi yang ada hanya sekian persen saja yang memegang betul kaidah berkoperasi. Yang lain hanya lintah darat berkedok Koperasi. Akhirnya, rakyat kecil jugalah yang semakin terpuruk, dana dari pemerintah yang begitu besar akhirnya hanya menguntungkan beberapa pihak saja.

Juga sering kita dengar saat Hari Raya Idul Fitri menjelang, pasti ada banyak berita tentang tabungan kolektif yang dibawa lari oleh pengepulnya saat penabung mau menarik uang simpanannya untuk keperluan hari raya. Korbannya adalah rata-rata kalangan bawah dalam strata ekonomi dinegara ini, mereka adalah orang yang selalu menyisihkan uang dari hasil jerih payah kerja setiap harinya hanya untuk mencukupi kebutuhan Lebaran 1 tahun sekali. Kenapa mereka tidak kapok dan memilih menabung di Bank yang relatif lebih aman ? karena faktor psikologi bahwa tidak ada Bank yang mau melayani tabungan uang kecil, kenyataannya walaupun banyak Bank yang menyebar dari kota hingga unit yang masuk ke kecamatan, bisa transfer melalui hp, bisa lihat rekening lewat internet, bisa dapat hadiah mobil Mercy dan berbagai tetek bengek tentang prosedur dan iklan yang menghanyutkan, tetapi tetap membuat tukang becak, pedagang kaki lima, ataupun buruh tani enggan dan canggung menabung di Bank dan yang pasti mereka tidak membutuhkan fasilitas yang seabreg itu. Yang mereka butuhkan adalah mereka bisa menabung dengan kemampuan mereka, dilayani dengan baik tanpa direndahkan dan pastinya sesuai dengan style mereka yaitu, tidak ruwet.  

Segala realitas diatas semakin meyakinkan saya tentang sebuah pelajaran hidup yang didapat oleh seorang wali kota Flammersfield di Jerman Barat yang bernama Friedrich Wilhelm Raiffeisen yang menjadi pemprakarsa gerakan Credit Union yang menyimpulkan bahwa , “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi dengan jalan mengumpulkan uang dari si miskin itu sendiri dan kemudian meminjamkannya kepada sesama mereka”. Dan meneruskan obrolan saya dan sahabat saya beberapa malam yang lalu, semakin menguatkan keyakinan bahwa cara yang efektif untuk mengentaskan kemiskinan  adalah dengan gerakan CU (Credit Union). Wacana ini bukan karena CU telah menguasai sebagian besar hajat hidup saya, karena saya bekerja disebuah CU primer, atau karena saya juga punya pinjaman di CU (ah...ketahuan juga kalau punya utang) tetapi pengalaman saya yang lebih dari 10 tahun dalam gerakan CU telah membuka pikiran saya tentang manfaat dan keunggulan CU dibandingkan dengan Lembaga Keuangan yang lain. Diantaranya,
·   ada nilai-nilai solidaritas, dengan kita menyimpan uang di CU berarti juga secara langsung membantu anggota yang lain yang membutuhkan modal pinjaman.
·       ada nilai keadilan - dalam arti akurat dalam membagi keuntungan, sesuai dengan yang ditabur dan dituai, semakin aktif menjadi anggota  CU akan mendapat banyak kemudahan dan keuntungan.
·        ada kesetaraan gender, satu anggota punya hak satu suara.
·       CU bisa membantu diri sendiri, tetapi harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain, saat kita mendapat pinjaman lunak dan mudah dari CU, yang menjadi taruhan adalah nama baik dan harga diri kita, jika kita menyalahgunakan kepercayaan itu maka yang menanggung akibatnya bukan hanya kita tetapi juga seluruh anggota CU juga akan ikut terkena dampaknya.
·         bersifat swadaya, yaitu dari, oleh dan untuk anggota.
·     CU terbuka kepemilikannya bagi siapapun, CU bukan milik pribadi, bukan bisnis perorangan, atau golongan tertentu, berbeda dengan BPR, Bank dll.
·       CU didirikan hanya untuk upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat yang di dalamnya termasuk kepentingan investasi. Seluruh proses pengelolaan organisasi dan keuangan bermuara ke satu tujuan yakni mensejahterakan anggota/masyarakat.
·      CU adalah lembaga keuangan yang sangat transparan bagi anggota. Ada laporan bulanan yang bisa diakses oleh anggota.
·         CU memiliki jaringan kerja sampai di tingkat internasional.
·   CU memiliki produk Asuransi yang memberikan perlindungan terhadap simpanan maupun pinjaman anggota. Seluruh investasi/simpanan dapat dijaminkan oleh asuransi.
·         CU juga memberikan bantuan atau dana-dana sosial secara cuma-cuma kepada anggota.
·         CU sebagai learning Community menempatkan pendidikan dan pemberdayaan sebagai landasan utama bagi besar dan kuatnya lembaga. Pemberdayaan dilaksanakan dalam bentuk kursus, pendidikan, pelatihan, work shop, seminar-seminar yang modulnya dirumuskan dari kebutuhan-kebutuhan anggota dan lembaga.
Dan hal lain yang juga menguntungkan jika menjadi anggota CU adalah :
·         segala bentuk produk pinjaman di CU selalu ditujukan untuk kesejahteraan anggota.
·         bunga pinjaman cenderung lebih murah dan tidak memberatkan peminjam (anggota.)
·         faktor kepercayaan menjadi dasar utama dalam pinjaman.





Dari uraian diatas, tampak jelas bahwa CU adalah salah satu dari sedikit lembaga keuangan yang pro orang kecil, walaupun tidak menampik orang kaya yang mau bergabung dengan CU. Tidak perlu kuatir uang simpanan akan dibawa lari karena pengelolaan keuangan yang transparan dan profesional yang bisa diawasi oleh semua anggota.


Oleh sebab itu, saya sebagai orang CU, yang berjiwa CU dan berkomitmen untuk ber-CU dimanapun, akan selalu menghormati penjual nasi goreng dan sungguh berharap bahwa CU semakin dikenal dan semakin diminati oleh masyarakat sebagai tumpuan untuk kesejahteraan keluarga. Dan saya yakin, Insya Allah dengan CU, cerita Mbak Fatimah akan lain, tentunya menjadi cerita dengan derai tawa dan kebahagiaan.  


1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus