Ayam-Ayam Pak Hermanto

Sore itu kira-kira hampir jam tiga, saya dan Mas Hafid berangkat menuju Dusun Sono, Desa Palang  Besi, yang masuk wilayah Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Sepanjang jalan hujan gerimis mengguyur tetapi tidak menyurutkan niat kami menuju kediaman Pak Hermanto. Memang minggu sebelumnya saya berjanji untuk bersilaturahim kerumah Pak Hermanto tetapi selalu dihalangi oleh cuaca yang tidak bersahabat. Tetapi sore itu, saya berniat untuk menepati janji saya, dan akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit dari Kota Probolinggo, tibalah kami berdua di rumah Pak Hermanto yang sejuk. Disambut dengan senyum yang khas oleh Pak Hermanto, hati saya kembali tenteram setelah melalui medan pegunungan yang menanjak serta jalan berbatu dan licin, membuat sepeda motor Mas Hafid harus bekerja keras “menggendong” kami berdua. Rute tersebut membuat adrenalin saya melonjak dan membuat Mas Hafid hatinya nelangsa karena mendengar suara sepeda motornya seolah menangis pilu karena tersiksa. Tetapi ketentraman dan kesejukan rumah Pak Hermanto menjadi sesuatu yang layak dan setimpal dengan perjuangan kami. Belum lagi, informasi yang kami dapat dari Pak Hermanto sangatlah berharga. Apa itu ?! ayo lanjut....   

Ganteng yang mana ya...??

Pak Hermanto telah bergabung dengan CU. Amanah sejak tahun 2011 setelah dikenalkan oleh rekan guru disekolahnya. Ya, profesi Pak Hermanto sebenarnya adalah seorang guru di MI Darus Sholihin, Boto, Kecamatan Lumbang. Tetapi sudah semenjak 1,5 tahun yang lalu Pak Guru  ini mulai menggeluti bisnis ternak ayam petelur. Bisnis yang telah sukses beliau geluti ini ternyata berawal dari keterpaksaan, “Bu Lek saya yang ngajak saya ternak ayam ini, dengan sistem bagi hasil, tetapi setelah ayam-ayam siap telur Bu Lek minta ayamnya dijual. Dari pada dijual keorang lain, eman Mas, akhirnya seluruh ayam dengan jumlah 200 ekor saya beli semua dengan modal pinjaman,” ujar Pak Hermanto.

Modal ternak ayam ini berapa ya? Menurut perhitungan beliau, beternak ayam petelor memang membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selain harus membeli bibit ayam yang bagus, juga harus menyiapkan kandang yang layak. “Untuk bibit ayam saja sekarang sudah naik, Mas. Kalau dulu perekor Rp. 1.250,- tetapi sekarang sudah mencapai Rp. 1.500,- disini,“ terang lelaki sederhana itu. Ternyata didesa Pak Hermanto sudah ada peternak yang khusus menjual bibit ayam beserta pakannya, dan ternyata pula ternak ayam petelor ini banyak digeluti oleh masyarakat Desa Palang Besi. Kenapa tidak mencari bibit di peternakan besar, kan harganya lebih murah ? “harganya memang lebih murah tetapi belinya harus banyak, minimal 1.000 ekor,” jelas Pak Hermanto. Untuk biaya perawatan ayam petelor memerlukan biaya pakan sejumlah Rp. 82.000 perhari (asumsi ayam 200 ekor), apa lagi selama ayam masih kecil hingga siap bertelor dibutuhkan waktu sekitar 4 bulan dan peternak belum mendapatkan hasil selama itu, belum lagi biaya vaksin berkala serta biaya obat jika ayam sakit.

Ternyata ternak ayam itu mudah lho... 

Ternyata ternak ayam petelor beda dengan memelihara ayam kampung, kalau ayam saya mulai sakit langsung diberi obat demam anak-anak aja sudah beres, “ya beda Mas, apa lagi kalau ayam petelor ini ada yang sakit, tidak boleh dikasih vaksin, bisa-bisa mati semua ayam sekandang. Kita harus merawat ayam yang sakit dan diberi obat khusus,” terangnya lagi. Ternyata untuk perawatan harian tidak dibutuhkan waktu yang ekstra lho sehingga tidak mengurangi rutinitas mengajar beliau. Menurut pengalaman Pak Guru yang pendiam ini, jika jumlah ayam sudah diatas 500 ekor baru diperlukan banyak waktu untuk mengurus bisnis ternak tersebut. Ayam petelor itu lebih mudah perawatannya dibanding ayam pedaging, salah satu bocoran rahasia dari beliau agar ayam petelor tetap sehat yaitu “kalau ayam pedaging harus ditempatkan ditempat yang longar, tetapi kalau ayam petelor lebih sehat dan produktif kalau ditempatkan dikandang yang agak sempit” terangnya, terbukti ide Pak Hermanto tersebut berdampak kepada ayam-ayamnya yang selalu sehat dan produktif. “Selain itu, kita juga harus menjaga kesehatan ayam dengan menjaga kebersihan kandang, memberikan vaksin secara berkala dan memberikan pakan yang baik serta berkualitas, Mas.” Selama ini, Pak Hermanto mengunakan vaksin yang dengan cara mencampur dengan air minum untuk ayam-ayamnya.

Keuntungan dari ternak ayam petelor ini berapa ya, Pak ?, terang beliau ayam yang produktif mulai umur 4 bulan hingga 1,5 tahun. Ayam ternak Pak Hermanto bisa memproduksi telor diatas 90% setiap hari. Tetapi kalau sudah berumur diatas 1,5 tahun, produksi telor akan berkurang. Tetapi, ayam yang sudah tidak produktif laku juga lho. Harganya bisa mencapai sekitar Rp. 30.000,- per ekor. Belum lagi kotoran ayamnya juga banyak yang mencari, bisa laku sekitar Rp. 6.000,- per sak. Wah, menarik juga ya keuntungan beternak ayam petelor ini, telornya pasti laku, ayamnya laku, kotorannya pun laku, lha yang punya ternak sudah laku belum? ya laku dong, Pak Hermanto sudah mempunyai 1 putra, buah cinta dengan Ibu Maina, istri Pak Hermanto. Jadi, kalau anda berminat beternak ayam petelor bisa belajar langsung dengan Pak Hermanto. Untuk informasi tentang Pak Hermanto bisa melalui CU. Amanah. Selamat mencoba.